Lampung – Israel Ancam Tutup Dunia seolah sedang berjalan di dua jalur berbeda: di Rafah, Gaza, nyawa dipertaruhkan; sementara di Indonesia, publik ramai membahas angka triliunan utang proyek kereta cepat Whoosh. Dua isu yang tampak jauh, tapi sama-sama menggambarkan potret dunia yang sedang tak baik-baik saja.
Rafah: Ketika Pintu Harapan Diancam Ditutup

Baca Juga : Depresi Diduga Pemicu Pria Jambi Nekat Loncat dari Kapal di Perairan Lampung
Israel kembali mengancam akan menutup total perlintasan Rafah, satu-satunya jalur keluar-masuk bantuan kemanusiaan di selatan Gaza. Ancaman ini datang di tengah situasi kemanusiaan yang makin buruk: ribuan warga sipil terjebak, rumah hancur, pasokan makanan dan obat nyaris habis.
“Jika Rafah ditutup, dunia sedang menyaksikan genosida perlahan,” ujar seorang juru bicara organisasi kemanusiaan di Gaza.
Padahal, perlintasan Rafah tak hanya jadi jalur bantuan, tapi juga satu-satunya ‘napas’ bagi warga sipil yang ingin selamat. Dalam konflik yang sudah menewaskan puluhan ribu orang ini, setiap keputusan politik membawa konsekuensi langsung pada nyawa manusia.
Di Tanah Air: Whoosh, Cepat Tapi Berat?
Sementara itu di Indonesia, warganet dan ekonom mulai bertanya-tanya:
Siapa yang akan bayar utang kereta cepat Whoosh yang menembus Rp18 triliun lebih?
Proyek prestisius ini memang berhasil jadi kereta cepat pertama di Asia Tenggara, tapi ternyata belum bisa lepas dari kata “utang” — yang akhirnya dibebankan ke APBN lewat Penyertaan Modal Negara (PMN).
“Bukankah proyek ini katanya tanpa jaminan APBN?”
“Kenapa masyarakat harus ikut tanggung utang proyek yang katanya B2B (business to business)?”
Pertanyaan-pertanyaan itu terus membanjiri ruang publik. Whoosh memang cepat, tapi apakah pengembalian investasinya akan secepat relnya?
Dua Masalah, Satu Pola: Krisis Akuntabilitas
Meski konteksnya berbeda — satu di zona perang, satu di zona proyek pembangunan — kedua isu ini punya benang merah: krisis transparansi dan akuntabilitas.
-
Di Rafah, dunia mempertanyakan: sampai kapan nyawa sipil jadi alat tawar-menawar politik?
-
Di Indonesia, publik bertanya: siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas proyek dengan biaya jumbo ini?
Tekanan internasional terhadap Israel harus lebih tegas. Tak cukup dengan kecaman, dibutuhkan langkah nyata agar bantuan bisa masuk dan gencatan senjata diwujudkan.
Pemerintah perlu membuka data secara transparan