Lampung – KMP Sebuku 3 Jam Laut sore itu begitu tenang. Tak ada gelombang besar, tak ada angin ribut. Tapi bagi ratusan penumpang KMP Sebuku, momen itu berubah menjadi 3 jam penuh kecemasan, ketika kapal mendadak kehilangan kendali kemudi di tengah perjalanan dari Merak menuju Bakauheni.
“Mesinnya masih nyala, tapi kapal cuma muter-muter, enggak bisa diarahkan. Semua diam. Awalnya tenang, lama-lama panik,” cerita Dika (33), salah satu penumpang, yang naik bersama istri dan anak balitanya.
Insiden terjadi sekitar pukul 15.30 WIB. Setelah sekitar 45 menit berlayar, sistem kemudi kapal tiba-tiba tidak merespons. Awak kapal langsung mengumumkan bahwa kapal dalam kondisi darurat dan meminta penumpang tetap tenang. Namun, rasa pasrah perlahan menyelimuti dek penumpang.
Kemudi Mati Total, Kami Cuma Bisa Tunggu”

Baca Juga : DPRD Provinsi Lampung Setujui Raperda Usul Inisiatif dan Prakarsa
KMP Sebuku, kapal feri milik salah satu operator swasta, mengalami gangguan teknis pada sistem hidrolik kemudi. Kapal tidak bisa berbelok, tidak bisa dikendalikan arah, dan hanya terombang-ambing mengikuti arus laut.
“Kondisi seperti ini sangat berisiko jika cuaca buruk. Untungnya laut sedang tenang. Tapi secara prosedural, ini masuk kategori darurat navigasi,” kata sumber dari otoritas pelabuhan Merak.
Selama tiga jam, kapal hanya bergerak perlahan mengikuti arus, tanpa bisa dikendalikan, sebelum akhirnya tim teknisi berhasil melakukan perbaikan darurat di tengah laut. Sekitar pukul 18.20 WIB, KMP Sebuku akhirnya kembali bisa diarahkan dan melanjutkan pelayaran menuju Bakauheni.
Penumpang: “Yang Kami Takutkan Bukan Ombak, Tapi Ketidakpastian”
Bagi sebagian penumpang, momen tersebut menjadi pengalaman tak terlupakan — bukan karena kerasnya laut, tapi karena senyapnya waktu menunggu kepastian.
“Bukan kapalnya yang bikin panik, tapi suasananya. Ada anak kecil nangis, ada ibu-ibu yang langsung duduk baca doa,” ujar Rina, penumpang lain yang duduk di dek bawah.
Beberapa penumpang sempat mencoba menghubungi keluarga, sementara yang lain mengunggah kondisi kapal ke media sosial. Tak sedikit yang meminta agar otoritas pelayaran memperketat pemeriksaan teknis kapal sebelum berlayar.
Masalah Sepele, Dampak Bisa Fatal
Insiden ini membuka kembali perhatian publik pada isu keselamatan pelayaran domestik, khususnya kapal-kapal penyeberangan antarpulau yang kerap jadi tulang punggung logistik dan mobilitas warga.
Kerusakan kemudi, meski terdengar teknis dan sepele, bisa menyebabkan:
-
Kapal terombang-ambing dan rawan tabrakan
-
Gangguan distribusi logistik
-
Trauma psikologis penumpang
-
Potensi krisis darurat di tengah laut
“Kami minta operator lebih disiplin soal perawatan kapal. Jangan tunggu insiden dulu baru dibenahi,” tegas pejabat dari Kementerian Perhubungan.
Penutup: Laut Bisa Tenang, Tapi Risiko Tak Pernah Tidur
Perjalanan laut tak hanya soal ombak. Tapi juga soal kesiapan kapal, ketanggapan awak, dan kepercayaan penumpang bahwa mereka akan sampai dengan selamat.
Insiden KMP Sebuku jadi pengingat: di tengah laut, yang paling dibutuhkan bukan hanya pelampung… tapi kepastian bahwa kapal memang layak jalan.